Rusia Bantah Terlibat Jatuhnya MH17
Internasional
0
23 Jul 2014 12:13

Ilustrasi MH17 terbakar (Liputan6.com/Andri Wiranuari)
Liputan6.com, Kiev - Tertembaknya
pesawat penerbangan sipil oleh senjata militer merupakan pelanggaran
berat terhadap hukum internasional. Tidak heran jika pihak-pihak yang
dicurigai sebagai pelakunya akan saling tuduh satu sama lain, apalagi
jika kejadian itu terjadi di tengah-tengah konflik yang serba saru.
Sejumlah pejabat Amerika Serikat menjelaskan kepada Associated Press
bahwa intelijen yang ada pada mereka menengarai ditembaknya pesawat
Malaysia Airlines oleh milisi anti-Kiev, namun tidak ditemukan adanya
kaitan dengan Rusia.
Pihak yang berwenang yakin pesawat penumpang itu disergap menggunakan
rudal darat-ke-udara SA-11 yang ditembakkan oleh anggota-anggota milisi
Ukrainia.
Sebgaimana yang dilansir Liputan6.com dari Russia Today,
Seorang pejabat mengatakan bahwa penjelasan yang paling mungkin adalah
bahwa pesawat itu ditembak karena salah sangka. Ini merupakan penjelasan
yang diperkuat oleh jatuhnya 12 pesawat militer karena ditembak pihak
militan sebelum ini di kawasan itu.
Intelijen yang ada menunjukkan bahwa, walaupun pihak AS bersikukuh Rusia
"menciptakan kondisi" yang mengarah kepada terjadinya penembakan itu,
para pejabat tidak mengetahui adanya kehadiran pesawat Rusia manapun
sewaktu terjadinya peluncuran rudal itu, dan belum dapat memastikan
bahwa para awak rudal itu dilatih di Rusia.
Hancurnya pesawat terbang itu, dengan 298 penumpang di dalamnya, telah
memperparah gesekan antara AS, pusat kekuatan Eropa, dan Rusia
sehubungan dengan keadaan yang berkembang di timur Ukraina.
Kotak hitam pesawat itu sudah diserahkan kepada pihak berwenang Malaysia pada Senin malam lalu oleh milisi Ukrainia.
Akses ke ladang tempat reruntuhan, yang terletak di tempat yang sepi di
Republik Rakyat Donetsk, telah dibatasi dan ada selentingan adanya
perilaku tidak baik oleh milisi di kawasan itu.
Seorang pejabat mengatakan bahwa, sehubungan dengan siapa yang
sesungguhnya menembakkan rudal itu, "kami tidak mempunyai nama siapapun,
kami tidak tahu pangkatnya dan kami bahkan tidak yakin 100% tentang
kebangsaannya."
Pejabat itu mengatakan bahwa "tidak akan ada saatnya Perry Mason di
sini," sambil mengacu kepada kemungkinan tiadanya kesimpulan yang pasti.
Sebagai catatan, Liputan6.com mendapatkan
sedikit keterangan tentang Perry Mason, yang adalah tokoh fiktif dalam
sandiwara tentang seorang pengacara yang menangani kasus-kasus yang
tidak terpecahkan.
Para pejabat menyadari bahwa sebagian pemeriksaan mereka mengandalkan
tayangan-tayangan media sosial, khususnya video peluncur rudal yang
disebut sebagai sistem rudal Buk sedang menyeberang menuju wilayah
Rusia, dan kelihatan meluncurkan sebuah rudal. Setelah ditanyai, para
pejabat intelijen itu mengakui bahwa mereka belum memastikan asal maupun
isi video itu.
Penjelasan hari Selasa lalu itu sepertinya sangat berbeda dari
komentar-komentar yang dilontarkan oleh presiden AS, Barack Obama,
sehari sebelumnya, yang mengatakan bahwa pesawat Malaysia Airlines telah
"ditembak di atas wilayah yang dikendalikan oleh pihak separatis yang
didukung Rusia" dan kedua pihak telah dipersenjatai dengan senjata
anti-pesawat udara dan dilatih oleh Rusia.
Pada Senin lalu, Wakil Jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf,
ditanyai apakah AS dapat mendukung klaim bahwa "akal sehat" menunjukkan
milisi Ukraina itulah yang menembak jatuh pesawat Malaysia Airlines,
berbarengan dengan bukti dari media sosial. Harf memberikan tanggapan
bahwa ada "sejumlah informasi" yang dikumpulkan oleh intelijen AS
terkait kejadian itu.
"Terkadang kamu tidak bisa melanjutkan hingga ke hal-hal yang spesifik,"
katanya. "Berdasarkan informasi yang tentunya masuk akal, betul kami
mengetahui di mana rudal itu ditembakkan, kami siapa yang memiliki
senjata itu."
"Tentunya saya menyalahkan Rusia atas perilaku separatis pro-Rusia pada
umumnya, tapi kita perlu mendapatkan semua fakta tentang kejadian ini."
Pihak militer Rusia telah memaparkan informasi bahwa pesawat Su-25 milik
Ukrainia sedang menanjak ke arah pesawat Boeing milik Malaysia itu
sesaat sebelum malapetaka tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar